Akhir Dominasi Dolar? Analis Memperingatkan Perubahan Kekuatan Cadangan

Indeks Dolar AS (DXY) mencatat pemulihan kecil, berada di angka 98,2 pada saat berita ini ditulis. Setelah mengalami kerugian baru-baru ini, indeks naik 0,09% dibandingkan hari sebelumnya. 

Terlepas dari kenaikan ini, seorang pengguna X yang mengaku sebagai mantan analis Goldman Sachs telah mengeluarkan peringatan keras tentang masa depan dolar. Ia menyatakan bahwa dunia mungkin sedang mendekati era di mana dolar kehilangan statusnya sebagai mata uang cadangan global yang telah lama dipegangnya.

Status Cadangan Dolar dalam Bahaya: Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?

Wolf Financial menjelaskan bahwa suatu mata uang hanya dapat memegang status cadangan jika didukung oleh kekuatan militer yang kuat. Saat ini, AS memenuhi peran tersebut. Mengapa? Karena persenjataan nuklirnya, kapal selam, pesawat siluman, dan ratusan pangkalan militer di seluruh dunia. 

Angkatan Laut AS juga mengamankan jalur perdagangan global, yang memberikan kepercayaan kepada negara lain untuk menggunakan dolar dalam penyelesaian internasional. Pengaturan ini telah memungkinkan AS mempertahankan status mata uang cadangan dan bebas mencetak uang.

“Namun ada satu masalah...dolar jelas-jelas gagal. Jadi, mata uang negara mana yang bisa menggantikan dolar? Tidak ada,” demikian isi postingan tersebut.

Analis tersebut berpendapat bahwa tidak ada satu pun mata uang fiat, baik Yuan Tiongkok, Yen Jepang, maupun Rubel Rusia, yang memiliki likuiditas, kepercayaan, atau dukungan ekonomi untuk menggantikan USD. Akibatnya, dunia mungkin akan menghadapi dekade ketidakstabilan alih-alih transisi mulus menuju mata uang cadangan tunggal yang baru.

Dalam skenario seperti itu, perdagangan global bisa terfragmentasi menjadi sistem regional. Oleh karena itu, negara-negara kemungkinan besar akan lebih banyak berdagang dengan tetangga dan kekaisaran mereka daripada secara global. AS mungkin sangat bergantung pada Kanada dan Meksiko untuk perdagangan dan bahkan bisa kembali ke standar emas karena memiliki cadangan emas terbesar. 

Sementara itu, negara lain mungkin akan bereksperimen dengan sistem yang berbeda. Beberapa mungkin mengadopsi mata uang yang didukung emas, yang lain mungkin menggunakan Bitcoin (BTC), banyak yang akan beralih ke central bank digital currencies (CBDCs), dan beberapa mungkin mencoba IMF Special Drawing Rights (SDRs).

“Bagaimana ini akan terlihat dalam jangka panjang? Timur akan berdagang dengan Timur, dan Barat akan berdagang dengan Barat. Mayoritas fiat akan mati, dengan negara-negara menggunakan mata uang yang didukung emas atau BTC pada layer 2 yang dikontrol pemerintah,” kata Wolf Financial.

Sementara itu, pada kenyataannya, USD sudah mengalami penurunan dominasi dalam cadangan global. 

“Kami menyimpulkan dengan grafik ini: Lonjakan mendadak Emas sebagai % dari cadangan global saat % USD menurun,” ujar The Kobeissi Letter.

Gold and Dollar Share in International Reserves. Source: X/The Kobeissi Letter

Manajer hedge fund Ray Dalio menguatkan perspektif ini. Ia baru-baru ini memperingatkan bahwa meningkatnya utang membuat AS semakin dekat dengan ‘serangan jantung ekonomi.’ Di tengah situasi ini, cryptocurrency bisa muncul sebagai aset alternatif potensial.

“Crypto kini menjadi mata uang alternatif yang pasokannya terbatas, jadi, jika pasokan uang dolar meningkat dan/atau permintaannya menurun, itu kemungkinan akan membuat crypto menjadi mata uang alternatif yang menarik,” kata Dalio.

Dengan demikian, saat DXY stabil, komunitas keuangan mengamati dengan seksama, menimbang ketahanan dolar terhadap visi provokatif analis tentang penurunannya. Selain itu, dengan hubungan terbalik antara indeks dolar dan BTC, yang terakhir kemungkinan akan diuntungkan jika prediksi analis menjadi kenyataan.