Kata Terpanas di Wall Street: "Run it hot!" Bertaruh pada "pelonggaran fiskal dan moneter ganda"

Inti logika dari strategi "Run it hot" adalah bahwa kebijakan pemotongan pajak dan penurunan suku bunga akan bersama-sama "memanaskan" ekonomi, sehingga memicu gelombang pertumbuhan baru. Namun, di bawah dorongan strategi ini, para trader tampaknya mengabaikan laporan ketenagakerjaan yang lemah dan risiko ekonomi dari tarif, sementara analis memperingatkan bahwa investor mungkin sedang "salah membaca" kondisi ekonomi saat ini.

Penulis: Li Xiaoyin

Sumber: Wallstreet Insights

Strategi trading paling populer di Wall Street, "Run it hot", saat ini mendorong saham AS terus mencetak rekor tertinggi baru.

Inti logika dari strategi "Run it hot" adalah bahwa kebijakan pemotongan pajak dan penurunan suku bunga akan bersama-sama "memanaskan" ekonomi, sehingga memicu gelombang pertumbuhan baru. Minggu ini, Federal Reserve diperkirakan akan menurunkan suku bunga, dan Wall Street berharap akan ada lebih banyak kebijakan pelonggaran dalam beberapa bulan mendatang, yang semakin memperkuat selera risiko pasar.

Kinerja pasar membuktikan antusiasme ini. Minggu lalu, Dow Jones Industrial Average untuk pertama kalinya menembus angka 46.000 poin, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite juga sama-sama menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa. Pada saat yang sama, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor dua tahun yang sensitif terhadap prospek suku bunga turun ke level terendah dalam tiga tahun terakhir, mencerminkan ekspektasi pasar yang kuat terhadap penurunan suku bunga.

Namun, optimisme yang tinggi ini sangat kontras dengan beberapa kekhawatiran dalam narasi ekonomi arus utama. Para trader tampaknya mengabaikan laporan ketenagakerjaan yang lemah dan risiko bahwa tarif dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, sebaliknya mereka sepenuhnya merangkul prospek bahwa penurunan suku bunga akan mendorong laba perusahaan. Perbedaan ini juga membuat strategi "Run it hot" menjadi fokus paling menonjol sekaligus paling kontroversial di pasar saat ini.

Bertaruh pada Stimulus Ganda Kebijakan Pelonggaran

Inti dari trading "Run it hot" adalah memilih untuk percaya pada kekuatan dukungan kebijakan ketika ekonomi menghadapi ketidakpastian. CEO Unlimited Funds yang mempopulerkan istilah ini, Bob Elliott, menunjukkan:

"Inti dari trading 'Run it hot' adalah bahwa ekonomi AS akan tampil kuat di bawah dukungan kebijakan moneter dan fiskal yang longgar."

Pandangan ini beranggapan bahwa, meskipun ada beberapa data negatif, kotak peralatan kebijakan yang kuat cukup untuk meredam fluktuasi jangka pendek.

Optimisme investor bukan tanpa dasar. Kepala ekuitas Alliance Bernstein, Nelson Yu, mengatakan:

"Ekonomi kita masih tumbuh, belum jatuh ke jurang. Jika Federal Reserve dapat mulai menurunkan suku bunga, saya pikir ini sebenarnya akan menjadi lingkungan yang cukup baik untuk aset berisiko."

Analis Memperingatkan: Tanda-tanda Pemulihan Ekonomi Belum Jelas

Meskipun pasar penuh kegembiraan, tidak semua orang setuju dengan prospek optimis ini.

Dari sisi data, sinyal yang mengkhawatirkan mulai muncul. Data revisi ketenagakerjaan yang dirilis Selasa lalu menunjukkan bahwa dalam 12 bulan hingga Maret tahun ini, jumlah pekerjaan baru di AS 911.000 lebih sedikit dari angka yang dilaporkan sebelumnya.

Beberapa analis memperingatkan bahwa investor mungkin sedang "salah membaca" kondisi ekonomi saat ini.

Kepala strategi pasar JPMorgan Asset Management, David Kelly, percaya ada bukti bahwa ekonomi secara bertahap melambat, yang akan memberikan tekanan pada sektor-sektor siklikal seperti manufaktur atau ritel. Menurutnya, penurunan suku bunga tidak mungkin membalikkan tren ini. Kelly mengatakan:

"Jika pasar saham berpikir bahwa penurunan suku bunga akan membawa manfaat bagi arah ekonomi secara keseluruhan dan profitabilitas, saya pikir itu murni salah penilaian... Ketika Federal Reserve menurunkan suku bunga, sinyal yang dikirimkan adalah bahwa Federal Reserve takut akan resesi, dan ini justru akan membuat orang juga mulai takut akan resesi."

Bob Elliott sendiri juga bersikap skeptis. Ia menunjukkan bahwa meskipun sangat sedikit yang memprediksi ekonomi akan jatuh ke dalam resesi, bahkan jika hanya terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi, hal ini bisa membuat investor yang sudah mengharapkan laba perusahaan akan tumbuh pesat menjadi kecewa. Ia mengatakan:

"Para bullish berpikir data ketenagakerjaan yang lemah sudah berlalu, dan ekonomi akan rebound secara signifikan pada paruh kedua tahun ini, tetapi saya belum melihat bukti bahwa hal itu sedang terjadi."

Di luar optimisme, pergerakan pasar obligasi justru mengungkap psikologi investor yang lebih kompleks. Biasanya, ketika investor memperkirakan ekonomi akan melambat, mereka akan membeli obligasi. Kenaikan harga obligasi pemerintah AS baru-baru ini juga sesuai dengan logika ini.

Namun, beberapa trader merasa bingung dengan kenaikan obligasi jangka panjang. Mereka berpendapat, jika ekonomi benar-benar rebound seperti yang diharapkan oleh "Run it hot", maka masalah inflasi dan overheating ekonomi akan kembali ke permukaan, yang justru dapat mendorong suku bunga jangka panjang naik lagi.

Apakah Hype AI Dapat Membawa Narasi Ekonomi Baru?

Selama ini, dalam pemahaman tradisional tentang ekonomi AS yang digerakkan oleh konsumsi, sulit membayangkan ekonomi yang kuat dan pasar tenaga kerja yang lemah dapat eksis secara bersamaan.

Namun, munculnya hype AI mungkin sedang membentuk ulang narasi ekonomi ini.

Kepala ekonom Apollo Global Management, Torsten Slok, menulis dalam laporannya pada hari Kamis bahwa banyak indikator yang mengukur kekuatan konsumen, seperti perjalanan udara dan jumlah reservasi restoran, masih tetap kuat. Ini menunjukkan bahwa lemahnya pasar tenaga kerja mungkin lebih banyak terkait dengan penurunan imigrasi, bukan perlambatan ekonomi.

Selain itu, biaya pinjaman yang lebih rendah juga dapat semakin memanaskan hype investasi di bidang AI. Rabu lalu, Oracle mengumumkan telah menandatangani kontrak bernilai puluhan miliar dolar dengan tiga klien, menunjukkan posisinya di pasar AI jauh melampaui ekspektasi, dan nilai pasarnya melonjak 247 miliar dolar AS pada hari itu.

Ekonom Pimco, Tiffany Wilding, mengatakan:

"Kami melihat siklus investasi teknologi memberikan dukungan mendasar, jadi kami masih punya alasan kuat untuk percaya ekonomi akan tetap baik. Namun, kekhawatiran kami terhadap pasar tenaga kerja memang meningkat."