CEO Aster membahas peluncuran chain, buyback, dan rencana masa depan

Dalam sebuah wawancara baru, CEO Aster Leonard membahas rencana proyek untuk komunitasnya yang terus berkembang dengan rencana peluncuran chain yang lebih berfokus pada utilitas perdagangan serta rencana pembelian kembali token dalam waktu dekat.

Dalam wawancara dengan pendiri protokol sosial Trends, Mable Jiang, pada 29 September, CEO Aster menjelaskan bahwa proyek ini sedang bersiap untuk fase ketiga, yang disebut Season 3 untuk proyek yang berkembang pesat ini. Saat ini, tim sedang mempersiapkan peluncuran Aster Chain untuk memfasilitasi perdagangan, namun bukan untuk membangun seluruh ekosistem.

Leonard menyatakan bahwa tujuan dari Aster (ASTER) Chain adalah memastikan semua perdagangan on-chain bersifat transparan, dapat diverifikasi, dan tetap menjaga privasi on-chain para penggunanya.

“Kami ingin lebih terintegrasi dengan chain lain dan mengagregasi likuiditas tersebut ke chain kami serta membuatnya dapat diverifikasi oleh semua orang. Saya pikir apa yang dilakukan proyek lain sangat bagus. Hanya saja kami fokus pada hal yang berbeda. Kami ingin fokus pada pengalaman trading,” ujar Leonard dalam wawancara tersebut.

Selama tiga hingga enam bulan pertama, lanjut Leonard, tim akan fokus untuk mengamankan likuiditas yang cukup dan meningkatkan UI-UX untuk trading on-chain. Namun, tim tidak berniat menciptakan “EVM chain lain yang semua orang akan bangun di atasnya.”

“Menurut saya, saat ini sudah terlalu banyak chain, sejujurnya, kita tidak butuh lebih banyak L1, tapi kita memang butuh pengalaman trading terdesentralisasi yang lebih baik,” tambahnya.

Ia mengatakan bahwa membangun seluruh ekosistem akan membutuhkan banyak usaha dan investasi, sementara tim ingin fokus membangun platform trading yang mencakup serangkaian fitur yang biasa dilihat orang di centralized exchange.

Selain itu, Leonard ingin spot trading menjadi bagian integral dari proyek Aster, mengingat spot trading token baru-baru ini berkembang sangat pesat. Ia mengungkapkan bahwa volume perdagangan token tersebut baru-baru ini melonjak, mencapai $3,05 miliar.

“Segalanya terjadi sangat cepat, dan kami tidak menyangka spot trading akan berkembang secepat itu. Itulah mengapa kami ingin memulai season tiga lebih awal,” katanya.

Tahap baru ini akan memberikan penghargaan kepada pengguna awal yang loyal sekaligus memperluas cakupan di luar kontrak perpetual. Saat ini, perps menyumbang sekitar 90% dari perdagangan di platform, didominasi oleh Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), dan Aster. Sebaliknya, pasangan spot masih terbatas; dengan Aster menyumbang hampir 90% dari pasar tersebut.

Tim juga menyoroti rencana untuk mendukung aset tahap awal dengan likuiditas baru.

“Salah satu keunggulan DEX adalah seberapa cepat kami dapat mencatatkan sebuah aset. Jika kami juga dapat menyediakan likuiditas secara langsung, itu adalah sesuatu yang diinginkan pasar,” kata Leonard.

CEO Aster mengisyaratkan pembelian kembali token yang ‘fleksibel’

Saat ditanya tentang kemungkinan jadwal pembelian kembali token, Leonard mengatakan bahwa tim tidak ingin berkomitmen pada jadwal tetap terkait kemungkinan pembelian kembali token. Ia percaya bahwa operator dan komunitas harus memiliki lebih banyak kendali atas ke mana pendapatan diinvestasikan.

“Saya memang berpikir bahwa kami akan melakukan buyback dan kami akan menyumbangkan sebagian besar pendapatan kami untuk itu. Jumlah pasti dan frekuensinya akan kami umumkan, tapi saya rasa kami tidak akan membuatnya permanen,” ujar Leonard.

Menurut CEO Aster, tim tidak akan terpaku pada pola yang “dapat diprediksi”. Berbeda dengan proyek lain yang mengikuti jadwal pembelian kembali token yang ketat dengan jumlah yang terkontrol secara berkala, tim Aster ingin “menjaga fleksibilitas dalam bagaimana semua pendapatan ini diinvestasikan.” Oleh karena itu, pada tahap yang berbeda dari proyek, tim berencana menyesuaikan pembelian kembali token sesuai kebutuhan, bukan menerapkan rencana permanen.

Meski demikian, Leonard menekankan bahwa tim akan mengedepankan transparansi terkait rencana pembelian kembali token mereka dan berapa persentase pendapatan yang akan dialokasikan untuk itu. Jika komunitas tidak setuju dengan buyback, maka tim akan melakukan penyesuaian yang diperlukan.

“Setelah buyback, semua informasi ini harus dibagikan. [Itu] harus transparan, harus dicatat di suatu tempat di mana semua orang dapat memantau karena jika tidak, itu tidak akan menguntungkan siapa pun, bukan?” ujar Leonard.