Menurut laporan terbaru dari Chainalysis, sebuah firma analisis blockchain dari AS, Rusia tiba-tiba melesat menjadi pasar kripto terbesar di Eropa, menyalip negara-negara maju seperti Inggris dan Jerman yang sebelumnya dianggap sebagai pemimpin.
Laporan “European Crypto Adoption 2025” yang rilis pada Kamis (17 Oktober 2025) mengungkapkan, nilai transaksi kripto Rusia mencapai US$ 376.3 miliar (Juli 2024 – Juni 2025). Angka ini meroket 48% dari tahun sebelumnya! Rusia jauh meninggalkan Inggris yang hanya mencatat sekitar US$ 273.2 miliar, atau sekitar 30% lebih rendah.
Baca Juga Ethereum Foundation Gunakan DeFi Morpho untuk Kelola 2,400 $ETH dan US$6 Juta Stablecoin
Kenapa Rusia Bisa Secepat Itu?
Chainalysis menemukan dua alasan utama di balik ledakan pertumbuhan Rusia:
- “Big Boys” Ikut Main (Institutional Activity): Transaksi bernilai lebih dari US$ 10 juta melonjak 86% dari tahun ke tahun (Year-on-Year / YoY). Ini hampir dua kali lipat dari pertumbuhan di kawasan Eropa lainnya (44%). Artinya, perusahaan dan institusi besar di Rusia semakin aktif menggunakan kripto.
- “DeFi” dan Pengguna Harian Meroket: Aktivitas di sektor Keuangan Terdesentralisasi (Decentralized Finance / DeFi) Rusia meningkat hingga delapan kali lipat! Selain itu, transaksi ritel (transaksi kecil dan besar oleh individu) tumbuh 10% lebih cepat dari rata-rata Eropa.
Sumber: Chainalysis
Menariknya, laporan ini juga menyoroti Stablecoin A7A5, yang dipatok ke mata uang rubel Rusia dan diterbitkan di Kirgizstan. Meskipun diduga digunakan untuk menghindari sanksi ekonomi dari Uni Eropa dan AS, A7A5 justru menjadi stablecoin non–dolar terbesar di dunia, dengan kapitalisasi pasar mencapai US$ 500 juta.
Intinya, di tengah tekanan sanksi global, Rusia tampaknya menjadikan kripto sebagai alternatif sistem keuangan tradisional yang semakin penting.
Negara-negara Eropa Barat seperti Inggris dan Jerman masih aktif, tetapi pergerakannya lebih lambat dan teratur. Pertumbuhan mereka lebih fokus pada kepatuhan (compliance) dan penyesuaian regulasi baru seperti MiCA (Markets in Crypto-Assets). Banyak investor besar di sana masih bersikap hati-hati.
Indonesia: Kekuatan Ritel yang Siap Menyusul!
Di sisi lain, Indonesia menunjukkan potensi yang sangat besar!
- Indonesia menduduki peringkat ke-7 secara global dalam Global Crypto Adoption Index 2025 versi Chainalysis .
- Jumlah investor kripto sudah mencapai lebih dari 14 juta (April 2025).
- Nilai transaksi pada 2024 mencapai sekitar US$ 40 miliar (sekitar Rp 650 triliun), naik tiga kali lipat dari tahun sebelumnya.
Kekuatan Indonesia adalah pengguna ritelnya yang sangat besar dan aktif di berbagai platform Web3, staking, dan DeFi. Namun, tantangannya adalah aktivitas institusional di Indonesia masih terbatas, dan pemerintah sedang memperketat regulasi, termasuk menaikkan pajak transaksi kripto menjadi 0.21%.
Kesimpulan:
Rusia sedang “gaspol” berkat lonjakan aktivitas institusional dan DeFi, didorong oleh kebutuhan mencari alternatif di tengah sanksi. Sementara itu, Indonesia memiliki basis pengguna ritel yang masif dan siap menjadi kekuatan baru di Asia.
Kuncinya, pemerintah perlu menyeimbangkan antara regulasi ketat dengan dukungan terhadap inovasi lokal agar Indonesia bisa benar-benar menyusul laju cepat Rusia!
