- Investor institusional dan whale diam-diam mengakumulasi Bitcoin sementara investor ritel panik menjual di tengah ketakutan dan sentimen pasar yang lemah.
- Data on-chain menunjukkan akumulasi oleh pemegang kuat mencerminkan dasar siklus sebelumnya, menandakan kepercayaan mulai kembali di balik pesimisme yang meluas.
Sementara banyak investor ritel panik dan buru-buru keluar dari pasar, whale dan institusi justru memilih untuk masuk lebih dalam.
Di tengah lingkungan makro yang suram dan sentimen pasar yang lesu, sebuah pergerakan diam-diam mulai terjadi di balik layar. Mereka yang memiliki modal besar tampaknya menghindari kepanikan, justru perlahan namun pasti mengakumulasi Bitcoin.
Menurut analis di XWIN Research Japan pada CryptoQuant, pasar saat ini sedang memasuki fase akumulasi yang sunyi. Sentimen ritel cenderung negatif, terutama setelah gelombang PHK di Amerika Serikat melonjak menjadi 153.000 pada Oktober lalu, angka tertinggi sejak 2003.
Selain itu, indeks sentimen konsumen juga anjlok ke 50,3, mendekati titik terendahnya. Namun alih-alih menarik diri, pemegang jangka panjang dan institusi justru meningkatkan eksposur mereka ke Bitcoin.
Salah satu contoh mencolok adalah JPMorgan yang kini memegang lebih dari 5,28 juta saham ETF Bitcoin milik BlackRock, setara dengan nilai sekitar $340 juta. Itu merupakan peningkatan sebesar 64% sejak Juni.
Di Balik Kepanikan, Bitcoin Berpindah ke Tangan Kuat
Whale juga bergerak agresif. Dalam satu minggu terakhir saja, lebih dari 30.000 BTC telah terakumulasi, senilai hampir $3 miliar.
Sementara itu, pada saat penulisan, BTC diperdagangkan di sekitar $102.223, naik 1% dalam 24 jam terakhir, dengan volume perdagangan harian sebesar $8,68 miliar. Jadi, siapa sebenarnya yang panik?
Di sisi lain, data on-chain menunjukkan pergeseran kepemilikan dari tangan lemah ke tangan kuat. UTXO Age Bands menunjukkan bahwa koin yang disimpan lebih dari tiga tahun kini mendominasi nilai yang terealisasi, sementara kepemilikan jangka pendek menurun drastis. Pola ini terjadi di dasar siklus tahun 2019 dan 2020.
CNF sebelumnya melaporkan bahwa JPMorgan sebenarnya melihat penurunan harga Bitcoin baru-baru ini sebagai peluang beli. Menurut mereka, reset leverage justru membuka ruang untuk reli yang lebih sehat di masa depan.
Selain itu, narasi “emas digital” untuk Bitcoin kembali menguat, mengingat aset ini kini diperdagangkan dengan diskon dibandingkan emas fisik.
Modal Segar Mengisyaratkan Potensi Pembalikan Pasar
Sinyal lain datang dari pergerakan stablecoin. Kami sebelumnya menyoroti bahwa arus masuk stablecoin ke Binance kembali meningkat. Ini mengindikasikan likuiditas baru siap masuk ke pasar, dan biasanya dikaitkan dengan akumulasi oleh pemain besar.
Korelasi antara likuiditas dan aktivitas Bitcoin cukup kuat, dan ini bisa menjadi tanda bahwa pasar sedang memasuki fase konsolidasi yang sehat sebelum ekspansi berikutnya.
Selain itu, Presiden New York Fed, John Williams, mengisyaratkan potensi ekspansi neraca lagi. Jika pelonggaran moneter benar-benar diterapkan kembali, Bitcoin bisa menjadi salah satu aset yang merespons pertama kali.
Sebagai pertimbangan tambahan, analis populer Ali Martinez mengidentifikasi tiga level support penting berdasarkan Pricing Bands yang patut diperhatikan: $98.340, $75.475, dan $55.980. Level-level ini berpotensi menjadi zona resistance kuat jika harga mengalami koreksi lebih lanjut.
Tiga level support utama Bitcoin $BTC yang perlu diperhatikan, berdasarkan Pricing Bands:
• $98.340
• $75.475
• $55.980 pic.twitter.com/1tCNyM9J1Z— Ali (@ali_charts) November 7, 2025
Direkomendasikan untuk Anda:
- Panduan Membeli Bitcoin
- Tutorial Dompet Bitcoin
- Cek Harga Bitcoin 24 Jam
- Berita Bitcoin Lainnya
- Apa itu Bitcoin?
