JPMorgan menegaskan kembali bahwa mereka tidak melihat pasar stablecoin bernilai triliun dolar pada tahun 2028. Berikut alasannya

Analis JPMorgan menegaskan kembali bahwa mereka tidak mengharapkan pasar stablecoin mencapai skala triliunan dolar dalam beberapa tahun ke depan, dengan alasan bahwa pertumbuhan kemungkinan akan mengikuti pasar kripto secara keseluruhan daripada melampauinya secara signifikan.

Para analis, yang dipimpin oleh direktur pelaksana Nikolaos Panigirtzoglou, mencatat dalam laporan hari Rabu bahwa ekosistem stablecoin telah berkembang sekitar $100 miliar tahun ini menjadi lebih dari $300 miliar, dengan pertumbuhan terkonsentrasi pada dua koin terbesar. USDT milik Tether menambah sekitar $48 miliar dalam pasokan, sementara USDC milik Circle tumbuh sekitar $34 miliar, yang menyumbang sebagian besar peningkatan tersebut.

Para analis mengatakan hal ini memperkuat pandangan lama mereka bahwa pertumbuhan stablecoin masih didorong terutama oleh aktivitas dalam ekosistem kripto. Seperti yang mereka catat dalam laporan Juli, sebagian besar permintaan berasal dari penggunaan stablecoin sebagai uang tunai atau jaminan untuk perdagangan kripto — termasuk derivatif, pinjam-meminjam DeFi — serta untuk menyimpan uang tunai menganggur oleh perusahaan asli kripto seperti dana ventura.

Tahun ini saja, bursa derivatif meningkatkan kepemilikan stablecoin mereka sekitar $20 miliar, didorong oleh lonjakan perdagangan perpetual futures, catat para analis. Aktivitas tersebut, menurut mereka, tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan pasokan stablecoin.

Akibatnya, “ekosistem stablecoin kemungkinan akan terus tumbuh selama beberapa tahun ke depan secara umum sejalan dengan kapitalisasi pasar kripto secara keseluruhan, mungkin mencapai $500 miliar–$600 miliar pada tahun 2028, jauh lebih rendah dari ekspektasi paling optimis sebesar $2 triliun–$4 triliun,” tulis para analis. Dalam laporan Juli mereka, para analis memproyeksikan ekspansi yang lebih moderat hingga sekitar $500 miliar pada tahun 2028. Pada bulan Mei, para analis secara terpisah mengatakan proyeksi pasar stablecoin triliunan dolar oleh pihak lain adalah “terlalu optimis.”

Analis Citi telah memproyeksikan pasar stablecoin dapat mencapai $1,9 triliun pada tahun 2030 dalam skenario dasar, atau hingga $4 triliun dalam kasus bullish, sementara Standard Chartered memperkirakan pasar dapat tumbuh menjadi $2 triliun pada tahun 2028.

Meskipun kasus penggunaan terkait pembayaran berkembang, analis JPMorgan memperingatkan bahwa hal ini tidak serta merta diterjemahkan menjadi kapitalisasi pasar stablecoin yang jauh lebih besar. Seiring stablecoin semakin terintegrasi ke dalam sistem pembayaran, kecepatan perputarannya — tingkat di mana mereka beredar — menjadi lebih penting daripada jumlah stablecoin yang beredar, kata para analis.

"Seiring adopsi pembayaran meningkat, aktivitas on-chain dan kecepatan kemungkinan akan naik, mengurangi kebutuhan akan stok stablecoin yang besar," tulis para analis. "Sebagai contoh, kecepatan tahunan USDT di blockchain Ethereum sekitar 50. Ini berarti dalam skenario hipotetis di mana stablecoin memfasilitasi 5% (atau sekitar $10 triliun) dari volume pembayaran lintas batas global setiap tahun, stok stablecoin yang dibutuhkan hanya $200 miliar."

Tokenized deposits semakin diminati

Para analis juga menekankan bahwa bank tidak tinggal diam saat stablecoin semakin populer. Sebaliknya, mereka semakin mengeksplorasi tokenized deposits — representasi digital dari simpanan bank tradisional yang tetap berada dalam sistem perbankan yang diatur dan didukung oleh asuransi simpanan.

Bulan lalu, JPMorgan sendiri, melalui unit blockchain-nya Kinexys, meluncurkan token simpanan denominasi dolar AS, JPM Coin (ticker JPMD), untuk klien institusional di Base, jaringan layer 2 Ethereum yang diinkubasi oleh Coinbase, setelah berhasil melakukan proof of concept.

“JPM Coin memberikan opsi kepada klien institusional JPMorgan untuk melakukan pembayaran digital asli onchain, yang berfungsi sebagai representasi digital dari simpanan bank di blockchain publik,” kata bank tersebut saat itu, seraya menambahkan bahwa inisiatif ini bertujuan untuk memenuhi permintaan dari perusahaan asli kripto maupun tradisional yang mencari pergerakan uang yang lebih cepat dan efisien.

Tokenized deposits dapat berupa bearer (dapat dipindahtangankan) atau non-bearer (tidak dapat dipindahtangankan), meskipun regulator cenderung lebih menyukai desain non-transferable untuk menjaga “kesatuan uang” dan mengurangi risiko stabilitas keuangan, catat para analis.

"Tokenized deposits bertujuan untuk mengurangi risiko yang terkait dengan stablecoin, seperti risiko konsentrasi dan penarikan cepat selama peristiwa stres," tulis mereka.

JPMorgan juga menyoroti inisiatif seperti eksperimen pembayaran berbasis blockchain SWIFT sebagai faktor lain yang dapat memperkuat peran bank komersial dalam pembayaran lintas batas, yang berpotensi membatasi pangsa stablecoin dalam aliran penyelesaian institusional dalam jangka panjang.

Selain itu, para analis menyoroti proyek mata uang digital bank sentral regional atau CBDC, termasuk digital euro dan digital yuan, sebagai kekuatan kompetitif lainnya. Inisiatif ini bertujuan menyediakan alternatif pembayaran digital yang diatur yang dapat mengurangi ketergantungan pada stablecoin yang diterbitkan secara privat, khususnya dalam kasus penggunaan institusional dan lintas batas.

"Secara keseluruhan, kami terus memperkirakan pertumbuhan stablecoin secara umum sejalan dengan ekosistem pasar kripto secara keseluruhan dalam beberapa tahun ke depan," simpul para analis. "Penggunaan stablecoin yang lebih besar dalam pembayaran tidak serta merta berarti peningkatan besar dalam stok stablecoin yang dibutuhkan. Selain itu, inisiatif blockchain untuk pembayaran institusional dapat memperkuat peran bank komersial dalam pembayaran melalui tokenized deposits non-bearer (tidak dapat dipindahtangankan) dengan mengorbankan stablecoin."