Reformasi pajak kripto di Jepang akan segera hadir: Tarif pajak mungkin turun dari 55% menjadi 20% untuk merangsang pasar

Original｜Odaily (@OdailyChina)

Penulis｜Wenser (@wenser 2010)

Judul Asli: Jepang Berencana Mereformasi Tarif Pajak Kripto Menjadi 20%, Apakah Akan Membawa Gelombang Pembelian Baru?

Pada acara WebX Jepang yang baru saja berakhir, anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Demokrat Liberal Jepang sekaligus Ketua Komite Anggaran, Katayama Satsuki (nama asli: 片山さつき), menyatakan di lokasi bahwa Jepang saat ini sedang mempertimbangkan pengklasifikasian ulang aset kripto itu sendiri, yaitu mendefinisikan kembali aset investasi kripto yang sudah dikenal luas seperti BTC, ETH, dan lainnya. Tarif pajak aset kripto yang berlaku di Jepang saat ini mencapai 55%, namun jika aset kripto dapat dipindahkan dari yurisdiksi Payment Services Act ke Financial Instruments and Exchange Act, tarif pajak dapat diturunkan menjadi 20%, setara dengan tarif pajak saham. Ia juga menyatakan: "Reformasi ini diharapkan dapat terwujud dalam satu atau dua tahun, dan diperkirakan akan segera berlaku. Arah reformasi ini telah diputuskan dalam rapat kabinet—biasanya ini berarti akan didorong dengan kuat. Namun, karena Partai Demokrat Liberal saat ini telah kehilangan mayoritas kursi di parlemen, kami perlu bernegosiasi dengan partai lain, yang membutuhkan waktu dan membuat prosesnya sedikit lebih rumit, tetapi sudah ada beberapa partai yang sejalan dengan kami, mari kita lihat bagaimana perkembangan situasinya. Kesimpulan akhir harus diputuskan sebelum Desember."

Odaily akan menganalisis secara rinci dalam artikel ini untuk membahas apakah reformasi tarif pajak ini dapat membawa lebih banyak variabel ke pasar kripto.

Pajak Kripto yang Harus Berubah: Dilema Ekonomi di Bawah "Kapitalisme Baru"

Jika dilihat lebih dekat, reformasi tarif pajak kripto yang diprakarsai oleh Financial Services Agency Jepang dan didorong oleh Partai Demokrat Liberal ini, penyebab utamanya adalah situasi ekonomi Jepang yang saat ini agak buruk.

Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang pada awal Juli merilis data yang menunjukkan bahwa upah riil Jepang yang disesuaikan dengan inflasi pada bulan Mei turun 2,9% dibandingkan tahun sebelumnya, penurunan ini lebih besar dari penurunan 2,0% yang telah direvisi pada bulan April, dan merupakan penurunan terbesar sejak September 2023. Selain itu, indeks harga konsumen yang digunakan Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan untuk menghitung upah riil (mencakup harga makanan segar, tidak termasuk biaya sewa) naik 4,0% pada bulan Mei dibandingkan tahun sebelumnya, kenaikan ini jauh melebihi pertumbuhan upah nominal. Harga beras di Jepang pada bulan Mei melonjak 101,7% dibandingkan tahun sebelumnya, mencatat rekor kenaikan tertinggi dalam lebih dari setengah abad.

Kenaikan harga yang tajam, ditambah dengan pernyataan kontroversial dari pejabat kabinet sebelumnya dan masalah voucher barang, membuat kredibilitas Partai Demokrat Liberal sebagai partai yang berkuasa terus menurun. Pada 21 Juli, penghitungan suara untuk pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat ke-27 Jepang selesai, koalisi yang terdiri dari Partai Demokrat Liberal dan Komeito hanya memperoleh 47 kursi, gagal mencapai target mayoritas 50 kursi, sehingga tidak dapat mempertahankan mayoritas di Dewan Perwakilan Rakyat. Ditambah lagi, sebelumnya di Dewan Perwakilan juga tidak memperoleh mayoritas, sehingga koalisi pemerintahan resmi menjadi "minoritas di kedua majelis". Ini adalah pertama kalinya sejak Partai Demokrat Liberal didirikan pada tahun 1955, koalisi yang dipimpinnya kehilangan mayoritas kursi di kedua majelis secara bersamaan.

Selain itu, negosiasi tarif antara Jepang dan Amerika Serikat juga mempengaruhi denyut nadi ekonomi Jepang, serta memengaruhi perubahan dan perkembangan situasi ekonomi domestik dan internasional Jepang. Jepang saat ini benar-benar berada dalam situasi "kesulitan internal dan eksternal". Oleh karena itu, pemerintah Jepang harus mencari solusi baru di bawah kebijakan "kapitalisme baru". Secara spesifik, upaya pemerintah Jepang meliputi dua aspek berikut:

Di satu sisi, adalah dengan meningkatkan upah minimum untuk "menambah pemasukan" bagi masyarakat. Pada awal Agustus, Dewan Peninjau Upah Minimum Pusat Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang memutuskan untuk menaikkan standar panduan rata-rata upah minimum nasional tahun fiskal 2025 menjadi 1.118 yen per jam (sekitar 54,60 yuan), naik 63 yen dari saat ini 1.055 yen, kenaikan 6%, merupakan kenaikan terbesar sejak sistem upah per jam diberlakukan pada tahun 2002, dan ini juga merupakan tahun ke-23 berturut-turut standar upah minimum Jepang dinaikkan. Jika diterapkan, upah minimum per jam di setiap prefektur akan menembus 1.000 yen untuk pertama kalinya.

Di sisi lain, adalah dengan menurunkan tarif pajak untuk "menghemat pengeluaran" masyarakat. Saat ini, langkah ini masih terbatas oleh perselisihan antar partai politik dan masih dalam tahap awal. Selama ini, Partai Demokrat Liberal berupaya mendorong pengklasifikasian ulang aset kripto dan menurunkan tarif pajak untuk mempromosikan Jepang sebagai pusat pengembangan industri Web 3; namun partai oposisi seperti Partai Demokrat Konstitusional dan Partai Kemajuan Demokrat juga pernah membuat janji kebijakan serupa dalam pemilu (seperti langkah NFT dan Web 3 yang diusulkan oleh pemimpin Partai Kemajuan Demokrat, Yuichiro Tamaki), sehingga setelah menjadi "pemerintahan minoritas", langkah reformasi pajak Partai Demokrat Liberal tak terhindarkan mengalami penundaan, untuk menghindari kritik sebagai "kebijakan pemotongan pajak untuk orang kaya". Inilah alasan mengapa reformasi pajak kripto dianggap sebagai terobosan baru, yaitu mengubah kripto dari "alat pembayaran" yang diatur oleh Payment Services Act menjadi "produk keuangan" di bawah Financial Instruments and Exchange Act.

Dengan demikian, keuntungan dari kripto akan beralih dari "pendapatan lain-lain" dengan tarif progresif hingga 55% (45% pajak penghasilan + 10% pajak penduduk, belum termasuk pajak daerah) menjadi tarif pajak tunggal 20% yang sama dengan saham dan obligasi.

Strategi "2 Langkah" dalam Reformasi Pajak Jepang: Revisi Pajak Dulu, Lalu Peningkatan Regulasi

Perlu dicatat, reformasi pajak di Jepang bukanlah hal yang bisa dilakukan dalam sekejap, apalagi aset kripto melibatkan perubahan silang antara Payment Services Act (PSA) dan Financial Instruments and Exchange Act (FIEA), sehingga siklusnya lebih rumit, dan juga dipengaruhi oleh peninjauan Financial Services Agency (FSA) Jepang serta politik parlemen.

Saat ini, reformasi pajak Jepang akan dilakukan dalam 2 langkah:

Pertama, merevisi undang-undang pajak, yaitu mengubah kripto dari kategori "pajak gabungan" menjadi kategori "pajak terpisah" seperti saham, dengan tarif pajak turun menjadi sekitar 20% (15% pajak penghasilan + 5,015% pajak penduduk + pajak khusus pemulihan).

Kedua, peningkatan regulasi, yaitu melalui amandemen undang-undang, mengklasifikasikan ulang kripto sebagai produk keuangan, sehingga FSA dapat menerapkan aturan perdagangan orang dalam, standar pengungkapan informasi, dan langkah perlindungan investor berdasarkan Financial Instruments and Exchange Act.

Di Balik Reformasi Pajak Kripto: ETF Kripto dan Stablecoin Yen Siap Diluncurkan

Perlu dicatat, reformasi di atas juga dianggap sebagai langkah persiapan regulator Jepang untuk meluncurkan ETF kripto dan stablecoin yen. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan kripto di Jepang saat ini agak lesu, yang berkaitan dengan insiden keamanan seperti kasus pencurian bitcoin Mt.Gox sebelumnya; dan tarif pajak yang terlalu tinggi juga membatasi tingkat aktivitas perdagangan industri kripto.

Menurut statistik Wakil Ketua Asosiasi Bisnis Kripto Jepang, Shiraishi, di tengah ekspansi pasar kripto global dari 872 miliar dolar AS menjadi 2,66 triliun dolar AS, volume perdagangan domestik Jepang hanya naik dari 66,6 miliar dolar AS pada 2022 menjadi sekitar 133 miliar dolar AS tahun ini, tingkat pertumbuhannya hanya sekitar dua kali lipat.

Pada saat yang sama, survei yang dilakukan oleh Cornell Bitcoin Club menunjukkan bahwa 88% penduduk Jepang belum pernah memiliki bitcoin; namun survei bersama yang dilakukan oleh Nomura Holdings dan Laser Digital menunjukkan bahwa 54% investor institusi Jepang berencana untuk berinvestasi dalam aset kripto dalam tiga tahun ke depan.

Berdasarkan informasi di atas, reformasi pajak kripto, peluncuran ETF kripto, dan peluncuran stablecoin yen sudah sangat mendesak. Menurut laporan media, stablecoin yen pertama yang disetujui oleh Financial Services Agency Jepang—JPYC—diterbitkan oleh perusahaan fintech Tokyo dengan nama yang sama, dan berencana menerbitkan stablecoin senilai 1 triliun yen (sekitar 6,78 miliar dolar AS) dalam tiga tahun, stablecoin ini akan didukung oleh aset likuid tinggi seperti deposito dan obligasi pemerintah, dengan skenario aplikasi potensial termasuk remitansi internasional, pembayaran perusahaan, dan DeFi. Bank terbesar kedua di Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group (SMBC), juga sebelumnya mengumumkan rencana untuk meluncurkan stablecoin bekerja sama dengan Ava Labs dan Fireblocks.

Industri Baru Seperti Kripto Dianggap Sebagai "Penyelamat" Perkembangan Sosial Jepang

Alasan mengapa pemerintah Jepang sangat memperhatikan industri kripto adalah karena mereka melihat potensi perkembangan industri baru yang diwakili oleh industri kripto—pada konferensi WebX 2025 yang diadakan di Tokyo, Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, menyatakan di lokasi bahwa di tengah meningkatnya ketidakpastian geopolitik saat ini, untuk mencari jalur pertumbuhan ekonomi baru, kekuatan industri baru menjadi sangat penting. Pemerintah Jepang akan terus mengoptimalkan lingkungan pengembangan industri baru, mendorong perkembangan industri baru termasuk Web 3, digital, semikonduktor, AI, luar angkasa, dan lainnya, serta mempromosikan pertumbuhan pesat industri baru melalui dukungan investasi dan reformasi regulasi.

Shigeru Ishiba juga menyebutkan, penyebab utama penurunan populasi Jepang adalah konsentrasi penduduk yang berlebihan di Tokyo, tingkat pernikahan dan kelahiran yang menurun, sehingga membentuk siklus yang buruk. Pada titik sejarah ini, pemerintah berharap dapat memanfaatkan potensi teknologi baru seperti Web 3 untuk membawa vitalitas baru bagi masyarakat Jepang. Teknologi Web3 dapat membantu pemerintah dalam mendorong berbagai langkah reformasi, melalui penerapan inovatif teknologi digital, tidak hanya dapat meningkatkan daya saing industri, tetapi juga memberikan solusi baru untuk masalah perkembangan daerah, perubahan struktur populasi, dan masalah sosial lainnya.

Penutup: Kapan Reformasi Tarif Pajak Akan Dimulai dan Diterapkan?

Berdasarkan siklus perubahan hukum di Jepang, proses reformasi pajak biasanya mengikuti ritme tahunan: setiap bulan Desember merilis kerangka reformasi pajak, pada bulan Maret-April tahun berikutnya diajukan ke parlemen untuk dibahas, disahkan sekitar bulan Juni, dan berlaku pada bulan April tahun berikutnya. Reformasi tarif pajak kripto kali ini agak mendesak, sehingga proposal spesifik diperkirakan akan diajukan sebelum akhir tahun, dan tindakan legislatif mungkin akan dilakukan pada awal 2026.

Adapun implementasi resminya, mungkin perlu menunggu hingga Juni 2026 atau bahkan paruh kedua tahun tersebut. Tokoh kunci yang mendorong undang-undang ini termasuk tim proyek Web 3 (Web 3 PT) Partai Demokrat Liberal seperti Masaaki Taira, Katsunobu Kato, Ketua JCBA sekaligus CEO Bitbank Noriyuki Hirosue, serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Demokrat Liberal sekaligus Ketua Komite Anggaran, Katayama Satsuki, yang telah disebutkan sebelumnya.

Saat itu, pasar diperkirakan akan menyambut gelombang pembelian baru.